Hasil Kajian TNI AU : Tanker KC-46 Lebih Unggul - zitac01

Latest

BANNER 728X90

Sunday, January 20, 2019

Hasil Kajian TNI AU : Tanker KC-46 Lebih Unggul

21 Januari 2019


Pesawat tanker Boeing KC-46A Pegasus (photo : Boeing)

Pengadaan pesawat berkemampuan khusus TNI AU menarik untuk diikuti, karena dari sini akan muncul jenis-jenis pesawat baru untuk TNI AU, pengadaa ini terdiri dari 4 Pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C), 4 Pesawat Jet Tanker, serta pengadaan 4 Pesawat Multipurpose Amphibious.

Untuk pesawat tanker, TNI AU akan mengganti pesawat lama jenis KC-130B dengan nomor registrasi A-1309 dan A-1310. Menarik disini bahwa sejak awal ditetapkan bahwa pesawat penggantinya adalah pesawat jet bukan lagi propeler.


Air refueling sistem air boom pesawat KC-46A (photo : Boeing)

TNI AU melakukan studi terhadap tiga tipe pesawat jet tanker yaitu Boeing KC-46, Ilyushin Il-78 MK 90 dan Airbus A330-200 MRTT. Ketiga tipe pesawat ini ternyata mempunyai perbedaan bobot kosong yang sangat mencolok : KC-46 82 ton, Il-78 72 ton, sedangkan A330 125 ton.

Untuk platform pesawat, ketiga jenis tanker ini memenuhi kriteria TNI AU, service ceiling ketiganya melampaui 40.000 ft dan jarak tempuh/range terendah 9.700 km hingga 14.800 km semuanya tetap memenuhi syarat.

Untuk operational requirement dari pesawat tanker ini, kemampuan loading fuel minimal 20 ton, kemampuan air refueling dengan sistem hose-and-probe serta air boom serta dapat melakukan hot refueling on the ground, dilengkapi dengan peralatan komunikasi dan navigasi serta radar yang memadai sehingga dapat menuntun pesawat penerima ke air refueling control point (ARCP), dilengkapi dengan pernika untuk self defence.


Air refueling sistem hose-and-drogue/probe-and-drogue pesawat KC-46A (image : Boeing)

Untuk sistem air refueling TNI AU mensyaratkan penggunaan dua sistem yaitu hose-and-drogue (probe-and-drogue) serta air boom karena kebutuhan riil pesawat TNI AU adalah seperti itu, sebagai contoh untuk F-16 mememakai sistem air boom sedangkan pesawat Hawk dan Flanker memakai sitem hose-and-drogue.

Mengingat pesawat Ilyushin Il-78 hanya dapat melakukan air refueling dengan sistem hose-and-drogue saja dan tidak dapat menggunakan sistem air boom, kemudian populasi pesawat versi sipil dari Boeing dan Airbus yang cukup banyak di Indonesia dan hal ini tidak terjadi pada pesawat Ilyushin, maka pada akhirnya persaingan mengerucut kepada dua pabrikan saja yaitu Boeing KC-46 dan Airbus A330 MRTT.

Dari 11 kriteria penilaian, untuk kemampuan teknis yang terdiri dari kemampuan air refueling, kemampuan loading fuel, service ceiling dan jarak tempuh/range TNI AU menilai bahwa kemampuan kedua pesawat ini relatif sama. A330 MRTT hanya dapat mengungguli KC-46 dalam hal non teknis berupa kemampuan tidak terkena embargo saja.



Perbedaan bobot pesawat yang cukup mencolok antara KC-46 dan A330 berimbas pada kemampuan landing dan take off pesawat. Dari total 36 pangkalan udara (lanud) yang dimiliki TNI AU, pesawat A330 MRTT ini hanya dapat melakukan operasi dari 19 lanud saja sedangkan KC-46 dapat beroperasi dari 31 lanud. 

Dengan kata lain, 70% pangkalan udara TNI AU tidak dapat didarati oleh A330 MRTT, sedangkan 90% pangkalan udara TNI AU dapat didarati oleh KC-46. Dapat ditebak juga, harga pesawat tanker KC-46 menjadi lebih murah dari pada A330 MRTT.



Faktor keunggulan KC-46 terhadap A330 MRTT juga terletak pada kenungkinan Transfer of Technology (ToT), disini kerjasama dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) menjadi penentu dalam segi maintenance dan personel. Dari sisi Maintenance : ketersediaan spare parts, interoperabilitas, kerjasama dengan GMF/PT DI, Boeing lebih unggul dari para pesaingnya. Dari sisi Personel : ketersediaan transfer of knowledge/technology, pengalaman dan sertifikat yang dimiliki juga Boeing lebih unggul.

Lalu apakah hasil studi TNI AU ini akan digunakan oleh Kementerian Pertahanan untuk memutuskan KC46 sebagai pilihan pesawat tanker ? Banyak faktor yang dipakai sebagai pertimbangan oleh Kementerian Pertahanan untuk membeli pesawat udara, namun mengacu kepada pembelian pesawat multirole amphibious TNI AU, ketika di luaran ramai diperdebatkan pesawat multirole amphibious pilih mana antara Beriev Be-200 atau ShinMaywa US-2, ternyata yang diproses oleh Kemhan adalah pesawat Viking Air CL-415 buatan Kanada, hal ini persis seperti hasil studi yang dilakukan oleh TNI AU

(Defense Studies)

No comments:

Post a Comment